Sukabumi, Media Informasi ONLINE
Keberadaan Vihara “Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa”, satu-satunya tempat peribatan terlengkap di Indonesia, yang berlokasi di Kampung Cibutun RT. 43 RW. 12, Blok Citaringgul Desa Kertajaya/Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi Jabar. Vihara tersebut dibangun oleh seseorang kebangsaan Thailand bernama Anothai Kamonwathin, yang kini telah menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) selama 30 Tahun dengan nama kebesarannya yaitu Ibu atau Mama “Airin” berusia (62 tahun) dan membaur dengan warga setempat maupun warga-warga masyarakat lainnya. Mama Airin merupakan satu-satunya penggagas mendirikan bangunan Vihara sebagai tempat Ibadah yang didirikan pada tanggal 08 Agustus Tahun 2000 yang diberi nama Vihara “Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa”, kini berusie 10 Tahun tepat pada tanggal 08 Agustus Tahun 2010 yang akan datang, menurut Asiang yang mendampingi Mama Airin saat diwawancarai Tim KWRI Sukabumi dan Media Informasi ONLINE (16/3/2010) di tempat kediamannya di Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa.
Lebih lanjut dikatakan Asiang yang bergantian dengan Mama Airin menjelaskan keberadaan Vihara tersebut yang berhadap-hadapan dengan pesisir bagian selatan, "Kawasan Wisata Pantai Pelabuhanratu”, yang strategis dengan suasana laut lepas dan panorama sangat indah, tenteram, dan nyaman, membuat para pengunjung betah sambil refreshing melapas lelah bersama keluarga untuk menghilangkan kejenuhan dalam aktifitas keseharian bekerja. Maka tak salah lagi bila memilih tempat wisata Vihara tersebut yang berbukit dan memiliki tangga ratusan tahapan menuju puncak Vihara sebagai “Padepokan Ibu Ratu Pantai Laut Selatan”. Konon menurut informasi para pengunjung keberadaan tahapan tangga tersebut, setelah dihitung satu persatu hingga puncak yang dituju jumlahnya tidak sama, diantaranya ada yang berjumlah 499, 519, dan seterusnya. Inilah yang merupakan keanehan hitungan tersebut belum ada yang sama jumlahnya. Berapakah jumlah tangga yang sebenamya? Untuk membuktikan jumlah tangga tersebut, marilah kita kunjungi Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa dan hitung besama-sama. Jangan sampai penasaran menjadi teka-teki, tuturnya.
Dikatakan pula Asiang sambil mendampingi Mama Airin, menurutnya kelengkapan Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa ini dengan fasilitas peribadatan tersebut terdiri dari lantai dasar adalah: 1. Dewi Bumi, 2. Dewa Bumi. 3. Julehut/Milefo/Budha Maetrea, 4. Dewi Kwan Im, 5. Padepokan Eyang Semar, 6. Padepokan Prabu Siliwangi, 7. Budha Four Face/Se Mien Fo, dan ke 8. Padepokan Ibu Ratu Pantai Laut Selatan. Dan menurut Versi Thailand bahwa Padepokannya ada di daerah Ayutaya. Kelengkapan Vihara tersebut membuat kesejukan dan ketenangan bagi umat-nya dalam melaksanakan ibadah serta membawa berkah. Begitu pula Insfrastruktur seperti jalan, perparkiran, penerangan, juga penginapan tersedia 16 ruangan lantai bawah, lantai atas, dan penataan lingkungan yang asri. Begitu pun tata letak yang berbukit terlihat unik dan membanggakan dilihat dari sudut pandang kondisi perbukitan cukup tinggi serta melelahkan bagi siapa pun menuju ke puncak Padepokan Ibu Ratu Pantai Laut Selatan, kilahnya.
Berdasarkan paparan tersebut di atas, menurut Mama Airin saat diwawancarai Media Informasi ONLINE disela-sela kesibukan acara tanggal 15 setiap bulan, Cap Go (Penanggalan Imlek) malam jumat kliwon. Yang menghadirkan kesenian tari-tarian di datangkan dari Thailand, selain itu Barongsai dan Liong dari Tangerang Propinsi Banten, yang disaksikan ribuan para umat yang beribadah dari berbagai peloksok daerah maupun mancanegara dengan antusiasnya, walaupun hujan turun rnembasahi tidak surut untuk berdoa, karena menurut Mama Airin pada Media Informasi ONLINE, dengan turunnya hujan merupakan rezeki. Lebih lanrjut dikatakan Mama Airin yang didampingi Asiang, bergantian memberikan keterangan saling melengkapi. Menurut Mama Airin, asal-usul berkeinginan membangun Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa ini berdasarkan petunjuk dalam mimpi/wangsit bahwa saya ditugaskan untuk membangun tempat peribadatan yaitu Vihara yang berdekatan dengan pesisir pantai.
Mengingat tugas ini sangat mulia, kemudian saya mencari Iokasi tersebut sesuai gambaran dalam mimpi, pertama-tama ke Gunung Batu daerah Malang, lalu ke Yogyakarta, namun tidak sesuai seperti gambaran dalan mimpi. Suatu ketika mendapat informasi, bahwa adanya area tanah yang berbukit akan dijual di lokasi pesisir pantai Pelabuhanratu bagian selatan, yaitu di Kampung Cibutun, Blok Citaringgul, Desa Kertajaya/Loji. Dengan rasa kepenasaran, maka berangkatlah ke lokasi tersebut, sesampainya di tempat tujuan, saya terkejut bercampur gembira bahwasannya tempat tersebut benar-benar mirip petunjuk dalam mimpi, walaupun kondisi jalan menuju ke lokasi masih terlihat belantara. Akhirnya saya rnemutuskan bahwa tempat ini adalah paling tepat untuk didirikannya sebuah Vihara Peribadatan, setelah prosesi jual beli dilakukan secara syah, sebelum membangun Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa dilaksanakan (terlebih dahulu mengadakan ritual) dengan memperhatikan potensi, kendala, peluang dan tantangan yang ada, dimaksudkan untuk menjadi pedoman atau penunjuk arah bagi pelaksanaan pembangunan tersebut agar terwujudnya sebuah Vihara yang megah dan lengkap sesuai yang diharapkan. Walaupun anggaran yang harus dikeluarkan sangat besar, dan punya keyakinan bahwasannya Sang Hyang Widi yang akan mengabulkan, narnun tak lepas dari upaya dan berusaha sekuat tenaga demi terkabulkannya tugas yang diberikan kepada saya dari Sang Budha, hingga terwujud dan dapat dipergunakan tempat beribadah bagi umatnya.
Asiang menambahkan, bahwasannya tempat yang didirikannya Vihara Nam Hai Kwan Se lm Pu Sa ini dulunya sejak zaman diniasti Ching 600 tahun silam telah berdirinya Vihara disini. Namun rupanya telah ditelan waktu hingga tidak terlihat wujud aslinya, disamping itu demi untuk melestarikan vihara sebagai tempat peribadatan yang merupakan warisan dari lelubur nenek moyang. Maka dengan keberadaan Vihara sekarang seolah-olah membangkitkan kembali Vihara yang telah hilang ditelan waktu, untuk mengingatkan bagi para umatnya yang beribadah di ternpat Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa tersebut untuk meminta berkah dan kernaslahatan bagi umatnya, dan warga masyarakat lainnya, pesan Asiang.
Demikian kiranya berbangga bagi umatnya yang menggambarkan kembali suasana dan nuansa serta kondisi di lokasi Vihara tersebut pada abad ke 13 lalu, dan atas kebersamaan umatnya yang tenteram kertaraharja itulah yang kita dambakan. Serta kerjasama dan kerukunan umat dilayangkan dan diharapkan untuk senantiasa menjadi kenyataan sebagaimana dituangkan dalam dasar negara Pancasila berdasarkan pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 tentang keagamaan di Indonesia. Bersamaan hal tersebut, terlihat dan berbondong-bondong umatnya menghadiri upacara keagamaan pada setiap waktu dan jadwal yang telah ditentukan, dengan usaha dan upaya untuk memberikan kesejahteraan bagi warga masyarakat sekitar, menurut Asiang yang mendampingi Mama Airin, dari salah satu umat yang turut serta beribadah di Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa, pungkasnya pada Tim KWRI Sukabumi dan Media Informasi ONLINE. (E. Kusmayadi)
Nyakseni. Hatur Bagea. Mugi Rahayu Bagja Salamet. Gusti Nangtayungan, Karuhun Estu, Leluhur Marengan. Dening Bebrayan Lembaga Adat Karaton Padjadjaran. Kamal Yudhanagara.
BalasHapus